ITB AAS Salah Satu Panitia Seminar Nasional Bahas Pemulihan Ekonomi Indonesia Tahun 2021

Surakarta,– Perlahan ekonomi Indonesia diprediksikan akan berangsur naik kembali di tahun 2021. Datangnya pandemi virus corona memang harus diakui membuat ekonomi Indonesia menurun di tahun sebelumnya.

Kementerian Ketenagakerjaan mencatat 3,5 juta orang terkena pemutusan hubungan kerja (PHK) karena virus corona. Jika ditambah pengangguran terbuka, jumlah pengangguran di RI tahun ini bisa lebih dari 10 juta orang.

Setidaknya ada tiga usaha yang paling terdampak. Sektor usaha akomodasi dan makan/minum jadi yang paling babak belur karena penurunan pendapatannya mencapai 92,47 persen. Sektor jasa lainnya mengalami penurunan 90,9 persen dan sektor transportasi dan pergudangan merosot 90,34 persen.

Dalam sambutannya Prof. Wisnu selaku koordinator acara nasional meyakini bahwa ekonomi Indonesia akan pulih kembali di tahun 2021. Dalam melihat peluang dan tantangan pemulihan ekonimi, dirinya mengajak semua pihak untuk tetap optimis.

“2021 melihat peluang dan tantangan ekonomi Indonesia kita harus tetap optimis dan positif,” ajaknya Jum’at 06 Februari 2021 diskusi zoom yang digelar Universitas Muhammadiyah Kalimantan Timur.

Hal senada juga disampaikan Wimboh Santoso selaku Ketua Dewan Komisioner OJK, dirinya mengatakan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun 2021 akan naik sekitar 4,5 persen hingga 5,5 persen.

“Kita tentunya berharap masih ada pertumbuhan positif ekonomi pada rentang 4,5 – 5,5 persen ditopang oleh konsumsi masyarakat, investasi dan perdagangan internasional yang berangsur pulih, setelah pukulan terberat akibat Covid-19 mulai mereda,” ujarnya.

Lanjut Santoso menurutnya pemerintah telah berupaya dalam meningkatkan kembali ekonomi negeri dari beragam hal, diantaranya bantuan untuk UMKM dan bantuan sosial.

“Alokasi pendaaan pemerintah diarahkan ke penanggulangan Covid-19 dan Bansos. Serta subsidi kepada UMKM dan jaminan kredit kepada UMKM. Serta adanya dana pemerintahan sebanyak 6,6 triliun di bank untuk membantu UMKM,” terang Santoso

Pembicara lain Dr. Lukman Hakim Ketua ISEI Solo lebih mendalam membahas mengenai tingginya suku bunga di Indonesia. Menurutnya jumlah uang beredar memang akan menaikan inflasi.

Secara kumulatif, suku bunga acuan atau BI rate telah meningkat 175 basis poin (bps) menjadi 7,5 persen. Kenaikan tersebut direspons perbankan dengan menaikan bunga simpanan.

Lanjut Lukman dirinya menyampaikan agar masyarakat menengah dapat meningkatkan ekonominya , maka pemerintah selayaknya memberikan insentif guna pengusaha kecil.

“Pemerintah harus banyak menciptakan insentif agar petani dan UMKM semakin berkembang”, ujar Lukman Hakim.

Menanggapi beragam persoalan ekonomi yang terjadi di Indonesia, peserta kemudian bertanya kepada Buya. Apakah mungkin Muhammadiyah mendirikan bank? Menanggapi hal tersebut Buya kemudian tidak memberikan komentarnya.

“Saya tidak diijinkan menjawab persoalan ini dengan Muhammadiyah,” kelakar Buya Anwar Abas, Ketua PP Muhammadiyah.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *